Training Ethical Culture Building dirancang untuk membantu para pemimpin bisnis dalam mengembangkan kecerdasan emosional, spiritual, dan budaya yang esensial dalam pengelolaan perusahaan. Saat ini, topik budaya etika menjadi sorotan di kalangan para pemimpin perusahaan terkemuka di Amerika dan Eropa, karena dipandang sebagai kunci untuk menjaga kelangsungan bisnis di masa depan. Mereka yakin bahwa hanya dengan memelihara budaya etika, bisnis dapat terlindungi dari risiko dan krisis yang mungkin terjadi.
Keprihatinan ini timbul dari pengalaman pahit atas krisis ekonomi dan keuangan global yang berawal dari Amerika. Penyebab utama dari krisis tersebut adalah ketidakberjalannya etika bisnis yang didukung oleh manajemen risiko yang kuat. Para ahli manajemen meyakini bahwa krisis ini terjadi karena beberapa perusahaan tidak menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dengan baik dan benar. Oleh karena itu, saat ini para pelaku bisnis global semakin menyadari pentingnya mengembangkan budaya etika yang berbasis pada prinsip-prinsip GCG dan nilai-nilai perusahaan.
Dengan adanya pengembangan budaya etika yang diimplementasikan oleh perusahaan-perusahaan kelas dunia di Amerika dan Eropa, hal ini memicu minat banyak perusahaan di seluruh dunia untuk mengadopsi budaya etika ini sebagai penyelamat bisnis mereka di masa depan. Fenomena ini sangat menarik mengingat penerapan GCG dan nilai-nilai perusahaan masih menjadi hal yang baru, terutama di Indonesia.
Meskipun di Indonesia belum terdengar adanya upaya konkret dalam pengembangan budaya etika, namun dengan semakin santernya perbincangan ini di luar negeri, maka orang-orang Indonesia pun mulai mempertimbangkan untuk mengembangkannya. Penulis memperkirakan bahwa dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, budaya etika akan menjadi isu atau tren yang signifikan dalam dunia manajemen di Indonesia. Hal ini disebabkan karena banyak perusahaan di Indonesia yang berambisi untuk menjadi perusahaan kelas dunia di masa depan.