Peran pemimpin tim, supervisor, dan leader di lini depan organisasi sangat krusial dalam merealisasikan rencana produksi dan memaksimalkan pemanfaatan semua sumber daya. Selain keahlian teknis, kemampuan kepemimpinan, penyambung strategi manajemen, dan keterampilan mengawasi serta mengelola bawahannya menjadi keharusan.
Pemilihan individu untuk posisi pimpinan seringkali didasarkan pada keahlian teknis dan prestasi di lapangan kerja. Namun, seringkali setelah dipromosikan, mereka menghadapi tantangan dalam memimpin rekan-rekan sejawat yang mungkin lebih berpengalaman. Motivasi dan semangat dapat menurun, berdampak negatif pada kinerja perusahaan.
Untuk mengatasi tantangan ini, setiap individu yang dipercayakan sebagai atasan perlu memiliki dasar kompetensi sebagai pemimpin. Pelatihan dan pemahaman mendalam tentang konsep-konsep kepemimpinan, manajemen waktu, dan problem-solving menjadi kunci dalam membangun kepemimpinan yang efektif.
Sayangnya, dalam realitasnya, beberapa atasan terkadang bersikap pasif dan menunggu perintah, kurang memastikan ketaatan terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP). Pemimpin dan supervisor perlu memiliki keterampilan untuk mengajarkan dan memastikan pelaksanaan SOP sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kesadaran akan kurangnya kepemimpinan dapat menyebabkan fokus pada tugas-tugas operasional, mengurangi kemampuan untuk memimpin dan memberikan arahan yang efektif.
Terlebih lagi, pemimpin yang kurang proaktif mungkin merasa enggan mengatasi masalah atau mengambil keputusan, lebih suka melemparkan tanggung jawab kepada bawahan. Dalam konteks kepemimpinan di lini depan, mengembangkan kemampuan proaktif dan keterampilan problem-solving menjadi sangat penting.